Sebab Kerusakan Aqidah & Manhaj

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Nabi shallallahu alaihi wasallam diutus oleh Allah membawa Aqidah dan manhaj yang haq lagi terang, sebagai pedoman bagi setiap manusia yang mendambakan kebahagiaan dunia dan akhirat. maka wajib untuk mengikuti manhaj yang dibawa Nabi shallallahu alaihi wasallam sebagaimana perintah Allah Ta’ala :

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ  وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ

“Dan bahwa ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya”. (Qs. Al An’am : 153) dan firman Allah juga :

قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ  عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي  وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah : Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Qs. Yusuf : 108).

Nabi shallallahu alaihi wasallam juga bersabda :

قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ

“Sungguh Aku telah meninggalkan kalian dalam keadaan (pedoman) yang sangat jelas, malamnya sebagaimana siangnya. Tidak akan ada yang  menyeleweng darinya setelahku kecuali dia akan binasa”. (HR. Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676 dan Ibnu Majah no. 43, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam shahihul jami’ no. 4369).

Manusia dalam kehidupan sehari-hari setiap langkahnya membutuhkan manhaj sebagai pedoman agar tidak salah dalam melangkah yang akhirnya akan membinasakan dirinya.

Manhaj yang dimaksud ini lebih umum dari Aqidah, karena manhaj mencakup aqidah, perilaku, ahklaq, muamalah dan seluruh kehidupan seorang muslim. semua langkah yang seorang muslim berjalan diatasnya maka disebut manhaj. Adapun aqidah adalah pokok-pokok keimanan, termasuk syahadatain dan konsekuensinya dinamakan aqidah. Maka yang dimaksud dengan manhaj disini adalah pedoman dan petunjuk yang diajarkan Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam beraqidah, beribadah dan bermuamalah, kemudian diamalkan dan didakwahkan para shahabat sehingga sampai kepada kita.

Tetapi perlu diperhatikan bahwa seseorang yang sudah mengikuti manhaj Nabi shallallahu alaihi wasallm bisa saja menyimpang dan tergelincir jika tidak memperhatikan rambu-rambu yang diajarkan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Maka inilah diantara sebab-sebab kerusakan dan penyimpangan dalam Aqidah dan Manhaj sesorang :

1. Kebodohan dalam masalah aqidah dan manhaj yang shahih.

Penyakit kronis yang dapat merusak hidup manusia adalah kebodohan dalam urusan agama, oleh sebab itu Nabi shallallahu alaihi wasallam diperintahkan Allah untuk belajar dan memohon ilmu yang bermanfaat. sebagaimana firmanNya :

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Dan katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu”. (Qs. Thaha : 114).

Beliau selalu berdoa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

“Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima”. (HR. Ibnu Majah no. 925, dan dishahihkan Syaikh Al Albani)

Dan beliau juga perintahkan umatnya untuk senantiasa belajar tentang agamanya, dalam sabdanya :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah no. 224, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam shahihul jami’ no. 3914).

Kebodohan ini sangat berdampak buruk bagi agama seseorang, Sebagaimana perkataan Umar bin Khattab radiyaAllahu anhu :

إنَّمَا تُنْقَضُ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً إذَا نَشَأَ فِي الْإِسْلَامِ مَنْ لَمْ يَعْرِفْ الْجَاهِلِيَّةَ

“Sesungguhnya ikatan Islam hanyalah terurai satu persatu apabila di dalam Islam tumbuh orang yang tidak mengetahui perkara jahiliyah”. (Majmu’ Fatawa 10/302, Ibnu Taimiyyah)

maka wajib bagi kita untuk mengetahui kebenaran juga kebatilan, mengetahui perintah juga larangan agar kita bisa selamat dan menjahui perkara yang akan merusak aqidah dan manhaj beragama kita.

2. Mengikuti para da’i sesat dan ahli syubhat

hal ini telah dinyatakan Allah dan RasulNya akan munculnya para dai dan tokoh yang menyesatkan umat. mereka ini sangat berbahaya bahkan lebih berbahaya dari pemimpin yang dhalim. Sebagaimana firman Allah :

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ  وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ

“Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong”. (Qs. Al Qashash : 41).

sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ

“Yang aku khawatirkan atas umatku ini adalah tokoh-tokoh yang menyesatkan”. (HR. Abu Dawud no. 4252 dan Tirmidzi no. 2229 dan dishahihkan Syaikh Al Albani dalam shahihul jami’ no. 2316).

dan Nabi juga telah menceritakan akan munculnya para dai yang menyesatkan umat :

يَكُونُ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا

“Akan ada para da’i yang menyeru ke pintu neraka Jahannam, barangsiapa memenuhi ajakannya maka ia akan dilemparkan ke dalam neraka”. (HR. Bukhari no. 3606 dan Muslim no. 1847).

3. Mengekor hawa nafsu

Ketika seseorang mengekor hawa nafsu dan mengesampingkan wahyu maka ini akan merusak manhajnya, karena Allah telah ingatkan agar kita mengikuti wahyu dan tidak mendahuluinya. sebagaimana firmanNya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ  وَاتَّقُوا اللَّهَ  إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Qs. Al Hujurat : 1)

Dan Allah telah tegaskan bahwa mengekor hawa nafsu adalah jalan kesesatan, sebagaimana firmanNya :

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ  إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (Qs. Al Qashash : 50)

4. Ghuluw (berlebih-lebihan) kepada orang shalih

Sikap guluw inilah yang telah merusak aqidah dan manhaj umat terdahulu, bahkan sebab terjadinya kesyirikan pertama kali ditengah-tengah umat manusia adalah karena guluw kepada orang-orang shalih.

Dan Allah telah mengingatkan umat terdahulu agar tidak bersikap guluw dalam beragama, sebagaimana firmanNya :

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar”. (Qs. An Nisa’ : 171).

Ayat ini meskipun larangan kepada Ahlul kitab tetapi juga sebagai peringatan dan larangan kepada umat ini.

Karena Nabi shallallahu alaihi wasallam juga telah mengingatkan dan melarang dari sikap yang berbahaya ini dalam haditsnya :

إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ

“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam agama, karena yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam agama”. (HR. Nasa’i no. 3057 dan Ibnu Majah no. 3029, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam shahihul jami’ no. 2680).

5. Taqlid buta kepada nenek moyang dan guru

Fanatik buta kepada nenek moyang, para pembesar dan tokoh ini dapat merusak Aqidah dan Manhaj. Taklid buta inilah yang menyebabkan para pembesar kufar Quraisy terhalangi mendapatkan hidayah. ketika mereka diajak masuk islam dan mengikuti risalah Nabi shallallahu alaihi wasallam mereka malah membanggakan nenek moyang mereka. sebagaimana yang diceritakan Allah dalam banyak firmanNya, diantaranya :

بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ

“Bahkan mereka berkata: Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka”. (Qs. Az Zukhruf : 22) juga dalam firmanNya :

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا  أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah, mereka menjawab: (Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”. (Qs. Al Baqarah : 170)

Sejarah membuktikan bahwa kelompok-kelompok yang menyimpang dari sunnah, diantara sebab utama penyimpangan mereka adalah berpegang teguh kepada pendapat tokoh dan pembesar mereka, meskipun harus menyelisihi Al Quran dan Sunnah serta pendapat para shahabat radiyaAllahu anhum.

6. Mengikuti manhaj dan pemikiran yang sesat

Setiap kelompok sesat memiliki manhaj sendiri yang mereka jadikan sebagai pedoman dalam beramal dan berdakwah. sebagai contoh : Syiah Rafidhah, Khawarij, Mu’tazilah, Asya’irah, Ikhwan Muslimin, Hizbut Tahrir dll, mereka mengikuti manhaj yang telah dibuat oleh para tokoh masing-masing dalam berdakwah dan beramal, meskipun manhaj tersebut menyelisihi petunjuk Nabi shallallahu alaihi wasallam.

jika seseorang tidak memiliki ilmu maka akan mudah terjangkit virus dan syubhat mereka, yang akhirnya akan merusak Aqidah dan Manhajnya.

Manhaj Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah manhaj yang telah difirmankan oleh Allah :

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ  وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ

“Dan bahwa inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya”. (Qs. Al An’am : 153).

7. Sombong, menolak kebenaran dan tidak mau belajar

Sikap sombong adalah sifatnya iblis, yang disebutkan Allah dalam firmanNya :

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (Qs. Al Baqarah : 34).

ketika sifat sombong menguasai dalam diri seseorang maka dapat menjerumuskan kepada kesesatan. Nabi shallallahu alaihi wasallam telah sabdakan tentang arti kesombongan yang sebenarnya :

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Sesungguhnya Allah itu bagus menyukai yang bagus, kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia”. (HR. Muslim no. 91)

8. Suka berdebat dan berbantah-bantahan

Wajib bagi setiap muslim untuk senantiasa menjaga Aqidah dan Manhajnya dengan menjahui perdebatan yang tidak membawa kebaikan bagi dirinya. karena akan menyebabkan kerusakan manhaj dan terkena syubhat-syubhat yang berbahaya. Nabi shallallahu alaihi wasallam telah sabdakan :

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ

“Tidaklah suatu kaum tersesat setelah mendapat petunjuk yang ada pada mereka melainkan karena mereka suka berbantah-bantahan”. (HR. Tirmidzi no. 3253, dishahihkan Syailh Al Albani dalam shahih Ibnu Majah no. 45)

berdebat dan diskusi dibolehkan dalam agama, bahkan ini bagian dari cara berdakwah tetapi harus didasari ilmu dan dengan cara yang baik. sebagaimana firman Allah :

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ  وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ  إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ  وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Qs. An Nah: 125).

As Syaikh DR. Shaleh Al Fauzan hafidzahullah memberikan nasehat dalam risalahnya (hajatul ummah lilmanhaj as salafi hal. 34-35) :

Agar tetap teguh dan istiqamah di atas manhaj al haq maka harus :

1. Mengetahui al haq, yaitu dengan belajar ilmu yang bermanfaat.
2. Berdoa agar Allah memberi keteguhan kepadamu dan menunjukkan jalan yang lurus.
3. Senantiasa bersama ahlul haq, bermajlis dan berkawan dengan mereka, serta menjahui ahlul bathil dan ahlul bida’.
4. Berdakwah kepada manhaj yang haq.
5. Bersabar atas cobaan dan ujian dalam bermanhaj yang haq.

Sebagaimana firman Allah :

وَالْعَصْرِ ۝ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ۝ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan (saling) nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Qs. Al Ashr : 1-3)”.

Semoga Allah Azza Wa Jalla senantiasa memberikan istiqamah kepada kita semua diatas Aqidah dan Manhaj Ahlis Sunnah dan dijauhkan dari berbagai syubhat dan fitnah.

WaAllahu A’lam.

Bahan Bacaan :

1. Aqidatu At Tauhid, Syaikh DR. Shalih Al Fauzan. Cet. Pertama th. 1434 H, dar al minhaj Riyadh – KSA.
2. Al Ajwibah Al Mufidah, Syaikh DR. Shalih Al Fauzan. Cet. Ke empat, th. 1426 H, dar al minhaj Cairo – Egypt.
3. Hajatul ummah lil manhaj as salafi, Syaikh DR. Shalih Al Fauzan. Cet. Pertama th. 1436 H, dar ibnul jauzi Dammam – KSA.
4. Daaim Minhaj An Nubuwwah, Syaikh DR. Muhammad Sa’id Roslan. Cet. Kedua th. 1432 H, dar al furqan, Munufiyah – Egypt.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *