Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi dan Rasul, yang dakwah mereka dimulai dengan mengajak kepada tauhid dan mengingatkan dari bahaya syirik, sebagaimana firman Allah :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan : Beribadah lah hanya kepada Allah, dan jauhilah Thagut itu (sesembahan selain Allah)”. (Qs. An Nahl : 36).
Oleh karena itu wajib bagi para ulama dan dai untuk memulai dakwah mereka sebagaimana para Nabi berdakwah, mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah dalam segala ibadah terlebih ketika berdoa, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”. (HR. Abu Dawud no. 1481 dan Tirmidzi no. 3372 dishahihkan Syaikh Al Albani).
Kebanyakan kaum muslimin hari ini jatuh dalam kesyirikan dan berdoa kepada selain Allah, padahal itu sebab kesengsaraan mereka dan kesengsaraan umat terdahulu yang sudah dibinasakan Allah disebabkan mereka berdoa kepada para wali-wali selain Allah.
Sesungguhnya sikap para ulama (dan dai) terhadap Tauhid dan memberantas kesyirikan ada beberapa macam :
1. Sebagian ulama faham tentang pentingnya tauhid.
Macam-macam tauhid dan faham tentang syirik beserta macam-macamnya. mereka menunaikan tugasnya dengan mendakwahkan tauhid kepada manusia dan mengingatkan bahaya syirik berdasarkan hujjah dari Al Quran dan Sunnah yang shahih. para ulama yang seperti ini mendapatkan gangguan dan ujian -sebagaimana para Nabi terdahulu- dengan tuduhan-tuduhan dusta maka mereka tetap sabar dan tidak gentar sedikitpun. sebagaimana wasiat Allah :
وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلا
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik”. (Qs. Al Muzzammil : 10).
2. Sebagian ulama meremehkan dakwah kepada tauhid padahal ini merupakan pondasi islam.
Mereka hanya berdakwah mengajak manusia untuk shalat, berhukum dengan hukum Allah dan berjihad tanpa membenahi aqidah dan tauhid kaum muslimin terlebih dahulu. seakan-akan mereka (ulama ini) tidak pernah mendengar firman Allah :
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (Qs. Al An’am : 88).
Jikalau mereka mendahulukan dakwah tauhid sebelum yang lain sebagaimana yang dilakukan para Rasul niscaya dakwah mereka akan sukses, dan Allah akan menolong mereka sebagaimana Allah telah menolong para Nabi dan Rasul. karena syarat utama pertolongan dan kemenangan adalah Tauhid dan tidak berbuat syirik.
3. Sebagian ulama dan dai meninggalkan dakwah kepada tauhid, dan tidak mau memerangi kesyirikan karena takut diserang (dihalangi) manusia atau takut kehilangan jabatan dan kedudukan mereka.
Sehingga rela menyembunyikan ilmu yang Allah perintahkan untuk disampaikan kepada manusia. maka mereka berhak masuk dalam firman Allah :
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَٰئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknat”. (Qs. Al Baqarah : 159).
Juga sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
مَنْ كَتَمَ عِلْمًا أَلْجَمَ اللَّهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ
“Barangsiapa menyembunyikan ilmu maka ia akan dicambuk oleh Allah dengan cambuk dari api neraka”. (HR. Ahmad 2/449 dan Ibnu Hibban no. 95, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam shahihul jami’ no. 6517).
4. Sebagian ulama dan dai ada yang melawan dakwah tauhid
Karena mereka ini berpendapat bolehnya berdoa kepada selain Allah seperti memohon kepada Nabi, para wali, dan orang yang sudah mati dengan hujjah bahwa ayat-ayat yang memperingatkan dari bahaya berdoa kepada selain Allah hanya untuk orang-orang musyrik, dan sekarang tidak ada seorangpun dari kaum muslimin yang jatuh dalam kesyirikan. mereka ini seakan-akan belum pernah mendengar firman Allah :
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Qs. Al An’am : 82).
Arti kedzaliman dalam ayat ini adalah kesyirikan, sebagaimana firman Allah :
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya kesyirikan (mempersekutukan Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. (Qs. Luqman : 13)
Kesyirikan bisa terjadi pada seorang muslim dan mukmin sebagaimana realita sekarang banyak terjadi di negeri-negeri kaum muslimin. Maka mereka (para dai) yang membolehkan manusia berdoa kepada selain Allah, membolehkan kuburan di dalam masjid, thawaf mengelilingi kuburan, bernadzar untuk para wali dan yang lainnya dari perkara-perkara bid’ah dan kemungkaran, sesungguhnya mereka telah diperingatkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam :
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
“Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah para imam (tokoh-tokoh) yang menyesatkan”. (HR. Abu Dawud no. 4254 dan Tirmidzi no. 2229, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam shahihul jami’ no. 2316).
Orang yang mengambil pendapat guru-guru mereka dan mentaatinya dalam perkara kemaksiatan kepada Allah maka mereka telah menyelisihi sabda Rasul mereka :
لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي المَعْرُوفِ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluq dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan hanya dalam perkara yang baik”. (HR. Bukhari no. 7257 dan Muslim no. 1840).
Mereka akan menyesal pada hari kiamat padahal tidak ada gunanya lagi penyesalan karena mentaati tokoh-tokoh dan guru mereka dalam bermaksiat kepada Allah.
Sebagaimana Allah telah menyebutkan adzab orang-orang kafir dan yang mengikuti jalan mereka :
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا ؛ وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا ؛ رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata: Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar”. (Qs. Al Ahzab : 68).
Semoga kita semua diberi istiqamah oleh Allah diatas tauhid dan sunnah, dan kita dijauhkan dari fitnah para dai yang menyesatkan dan menghantarkan kepada adzab Allah,.
وَصلَّى اللَّه عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمّدٍ وَآلِه وَصَحبِه وَسَلَّمَ
_____
WaAllahu A’lam
Dinukil dari kitab Minhaj Al Firqah An Naajiyah hal. 40-44, Syaikh Muhammad Jamil Zainu, cet. Dar Al Haraiman Cairo,.