Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah Ta’ala karena telah menjadikan syari’at islam sebagai syari’at yang sempurna, universal dan kekal. Sebagaimana firman Allah :
اليَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الإِسْلَامَ دِيْنًا
“Pada hari ini telah aku sempurnakan untukmu agamamu (islam), dan telah aku cukupkan untukmu nikmatku dan telah aku ridhai islam sebagai agama bagimu”. (Qs. Al Maidah : 3)
Syari’at yang sempurna ini merupakan sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan makna yang umum, karena sunnah memiliki empat keumuman makna, yaitu :
1. Segala apa yang ada di dalam Al Quran dan Sunnah adalah sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Maka sunnah disini berarti jalan atau manhaj yang Nabi shallallahu alaihi wasallam berada diatasnya. Sebagaimana sabda beliau shallallahu alaihi wasallam :
فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Barang siapa yang membenci sunnahku maka ia bukan termasuk dari golonganku”. (HR. Bukhari no. 5063 dan Muslim 1401).
2. Sunnah yang berarti hadits jika digandengkan dengan Al Quran.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا : كِتَابُ اللهِ وَسُنَّتِي
“Sesungguhnya aku telah tinggalkan kepada kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat setelahnya yaitu Kitabullah (Al Quran) dan sunnahku”. (HR. Al Hakim 1/93, -shahih-)
3. Sunnah yang berarti lawan dari bid’ah.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِيش مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُم بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِيِنَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثُةٍ بِدْعَة وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٍ
“Maka sesungguhnya, siapa diantara kalian yang masih hidup setelahku, maka akan melihat perselisihan yang banyak, maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafa’ yang mendapat bimbingan dan petunjuk, pegangglah erat-erat dan gigitlah dengan gigi geraham, dan jauhilah oleh kalian perkara yang baru (dalam agama) karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah pasti sesat”. (HR. Abu Dawud no. 4607 dan Tirmidzi no. 2676, -shahih-).
4. Sunnah yang berarti mandhub (dianjurkan) dan mustahab (disukai).
Seperti hukum bersiwak sunnah, hukum puasa senin kamis sunnah.
Maka kewajiban kita sebagai hamba Allah adalah ittiba’ (mengikuti) syari’at ini yaitu sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah :
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan sungguh, inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalanNya, demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertaqwa”. (Qs. Al An’am : 153)
Dan juga firmanNya :
وَمَا آتَا كُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”. (Qs. Al Hasyr : 7)
Karena Allah menciptakan kita hanyalah untuk beribadah kepadaNya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونَ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku”. (Qs. Ad Dzariyat : 56)
Dan ibadah tidak akan tercapai kecuali dengan ittiba’ (mengikuti) Rasul shallallahu alaihi wasallam, ini menunjukkan bahwa mentaati RasulNya adalah bentuk ketaatan kepada Allah. Sebagaimana dalam firmanNya :
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
“Barang siapa mentaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah”. (Qs. An Nisa : 80)
Maka tanda cinta seseorang kepada Allah dan RasulNya adalah dengan ittiba’ (mengikuti) RasulNya, maka orang yang menyelisihi sunnah Rasul tetapi ia mengaku cinta kepadanya sungguh ia adalah pendusta, karena jika ia benar-benar mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam niscaya akan mentaatinya. Sebagaimana perkataan penya’ir :
“Jika cintamu itu benar niscaya engkau akan mentaatinya, Sesungguhnya seorang yang mencintai (kekasihnya) ia pasti akan mentaatinya”.
Karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah panutan yang harus diikuti, sebagaimana firman Allah :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. (Qs. Al Ahzab : 21)
Dan juga firman Allah :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِمِنْكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad) dan ulil amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu”. (Qs. An Nisa : 59)
Semoga bermanfaat dan menjadi sebab bagi kita untuk terus istiqamah di atas sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam.
WaAllahu A’lam.
Bahan bacaan :
1. Wujubul amal bi sunnati Rasulillah, Syaikh Ibnu Baz, cet. Dar al-imam Ahmad, th. 1427 H/ 2006 M, Cairo – Egypt.
2. Al hatssu ala ittiba’ as sunnah wa tahdzir min al-bida’, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamad Al-‘Abbad, cet. Pertama, Maktabah ar-ridwan, th. 1426 H/ 2005 M, El Bahirah – Egypt.