Kenapa Kita Harus Belajar Ilmu Syar’i

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Banyak orang yang belajar tapi kalau ditanya kenapa anda belajar? sebagian dari kita bingung untuk menjawabnya. Maka inilah beberapa jawabnya mudah-mudahan dapat membantu dan menjadi motivasi kita :

A. Kita belajar karena itu suatu kewajiban.

Sebagaimana firman Allah :

فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرَ إِنْ كُنْتُمْ لَاتَعْلَمُوْنَ

“Maka bertanyalah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui”. (Qs. Al-Anbiya : 7).

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu (agama) adalah kewajiban bagi setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah no. 224 dan Al Baihaqi dalam As Syu’ab, berkata Syaikh Al Albani : shahih, lihat. Misykatul mashabih : 218, dari Anas bin Malik radiyallahu anhu).

Ketahuilah bahwa ilmu yang wajib dipelajari seorang muslim dan muslimah adalah ilmu agama, yang dengannya seorang hamba dapat beribadah kepada Allah dengan benar sesuai contoh Nabi shallallahu alaihi wasallam, seperti ilmu tauhid, tentang rukun iman, tata cara bersuci yang benar, wudhu’, mandi junub, tayammum, hal-hal yang membatalkan wudhu’, sifat sholat, seputar hukum-hukum sholat, hukum-hukum puasa, hukum-hukum haji bagi yang mampu, ilmu perdagangan yang benar sesuai syari’at bagi para pedagang agar terhindar dari riba’ dan hal-hal yang dilarang.

Adapun ilmu-ilmu yang lain tidaklah wajib bagi setiap muslim, akan tetapi wajib hukumnya bagi mereka yang terjun mempelajari spesialisasi dalam bidang ilmu tersebut seperti ilmu hadits, ilmu tafsir, ilmu nahwu, ilmu fiqh dan ushul.

B. Karena mengikuti jejak Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Allah perintahkan RasulNya untuk berdoa meminta tambahan ilmu dan bukan tambahan dunia, firman Allah :

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْماً

“Dan katakanlah (wahai Muhammad), wahai Rabb, berilah tambahan ilmu kepadaku”. (Qs. Thaha : 114)

Nabi shallallahu alaihi wasallam selalu berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

“Nabi shallallahu alaihi wasallam senantiasa membaca doa setelah sholat subuh, “ya Allah, aku mohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizqi yang baik dan amalan yang engkau terima”. (HR. Ibnu Majah no. 925 dengan sanad yang shahih).

C. Mengikuti jejak para Shahabat radiyallahu anhum.

Para Shahabat mereka adalah orang-orang yang semangat dalam belajar dan menghadiri majlis ilmu, bahkan mereka rela bepergian jauh untuk menuttut ilmu dengan bekal seadanya. Berkata Imam Bukari ramhimahullah dalam shahihnya kitab al ilmu:

(بَابُ الخُرُوج فِي طَلَب العِلمِ)

وَرَحَلَ جَابِر بن عَبدِ اللهِ مَسِيرةَ شَهرٍ إِلى عَبدِ اللهِ بنِ أنَيسٍ فِي حَديثٍ وَاحِدٍ

 (bab keluar bepergian untuk menuntut ilmu)

“Jabir bin Abdillah radiyaAllahu anhuma bepergian selama satu bulan kepada Abdillah bin Unais radiyaAllahu anhu (di Syam) untuk mencari satu hadits”.

D. Agar dapat beribadah dengan benar.

Karena kita tidak akan bisa beribadah kepada Allah dengan sebenar-benarnya kecuali dengan ilmu, maka kita harus belajar terlebih dahulu, agar ibadah kita berdasarkan ilmu yang bersumberkan dari Al Quran dan Sunnah yang Shahih, oleh karena itu Allah peringatkan dalam firmanNya :

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا الله

“ketahuilah! Bahwa tidak ada sesembahan yang berhaq diibadahi kecuali Allah”.

berkata Imam Bukhari rahimahullahu dalam kitab shahihnya “Bab, ilmu terlebih dahulu sebelum berucap dan beramal”. Agar kita terhindar dari sifat orang-orang Nashara yang Allah sebutkan sebagai golongan sesat dalam firmanNya :

غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ

“Bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan jalan orang-orang yang sesat”. (Qs. Al Fatihah : 7)

Maksud orang-orang sesat dalam ayat ini adalah orang-orang nashara, mereka beribadah tanpa dilandasi dengan ilmu sehingga menjadi sesat.

E. Karena untuk menghilangkan kebodohan pada diri kita.

Karena manusia dilahirkan tanpa ilmu sedikitpun, karena kita merasa bodoh dengan ilmu agama maka tergugah untuk mempelajarinya. sebagaimana firman Allah :

وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لَاتَعْلَمُوْنَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kalian pendengaran, pengelihatan dan hati, agar kalian bersyukur”. (Qs. An Nahl : 78).

Sebagaimana pepatah arab mengatakan :

تَعَلَّمْ فَإِنَّ الْمَرْئَ لَا يُوْلَدُ عَالِماً

“Belajarlah, karena sesungguhnya seseorang tidaklah dilahirkan dalam keadaan ‘alim (pintar)”.

F. Karena ilmu dan kebodohan tidaklah sama.

Allah Ta’ala memuji orang-orang yang berilmu dan mencela orang-orang yang bodoh. Sebagaimana firmanNya :

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَموُنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ

“Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”. (Qs. Az Zumar : 9)

Bahkan Allah mencela orang-orang yang bodoh dan menyerupakan mereka dengan hewan ternak, sebagaimana firmanNya :

إِنَّ شَرَّ الدَّوَآبِ عِنْدَ اللهِ الصُّمُّ البُكْمُ الَّذِيْنَ لَا يَعْقِلُوْنَ

“Sesungguhnya makhluk bergerak yang beryawa yang paling buruk dalam pandangan Allah adalah mereka yang tuli dan bisu (tidak mendengar dan memahami kebenaran) yaitu orang-orang yang tidak mengerti”. (Qs. Al Anfal : 22)

G. Untuk membedakan antara yang haq dan bathil.

Kita tidak akan bisa membedakan antara haq dan bathil, antara sunnah dan bid’ah, antara tauhid dan syirik, antara halal dan haram kecuali dengan ilmu agama yang bersumberkan dari wahyu ilahi Al-Quran dan As-Sunnah, karena untuk membedakan dan menimbang antara halal dan haram membutuhkan timbangan ilmu bukan dengan hawa nafsu.

Ketahuilah bahwa kebutuhan kita kepada ilmu melebihi kebutuhan terhadap makanan dan minuman, karena ilmu kita butuhkan setiap saat mulai bangun tidur sampai hendak tidur lagi, sedangkan kita membutuhkan makan dan minum cukup sekali atau dua kali dalam sehari semalam.

H. Karena ingin mendapatkan warisan Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Ketahuilah bahwa warisan Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah ilmu, sebagaimana sabda Beliau shallallahu alaihi wasallam :

وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا، وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Dan sesungguhnya para Ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham, mere hanyalah mewariskan ilmu, siapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak”. (HR. Abu Dawud no. 3641, dengan sanad shahih dari Abu Darda’ radiyallahu anhu)

I. Karena ingin termasuk dari bagian doa Nabi shallahu alaihi wasallam.

Sebagaimana sabda Beliau :

نَضَّرَ اللهُ امرَأً سَمِعَ مِنَّا حَديثاً فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَه غَيرَهُ

“Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengarkan sebuah hadits dari kami, kemudian menghafalkannya dan menyampaikannya kepada orang lain”. (HR. Abu Dawud no. 3660 dan Tirmidzi no. 2656 dari Zaid bin Tsabit radiyaAllahu anhu dengan sanad yang shahih).

J. Karena belajar ilmu syar’i memiliki keutamaan yang sangat banyak.

Berkata Imam Mutharrif bin Abdullah rahimahullahu :

فَضْلُ العِلْمِ أَحَبُّ إِلَي مِنْ فَضْلِ العِبَادَةِ، وَخَيْرُ دِينِكُمْ الوَرَع

“Keutamaan ilmu lebih aku sukai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah wara’”. (kitab al ilmu hal. 8, Imam Abu Khaitsamah)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu Ta’ala menyebutkan keutamaan ilmu lebih dari 153 keutamaan, sebagaimana dalam kitab beliau “Miftahu daari as sa’adah” diantaranya :

1. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.

Sebagaimana firmanNya :

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا العِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. (Qs. Al Mujadalah : 11)

2. Ilmu adalah jalan menuju surga.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Dan barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya (dengan ilmu tersebut) jalan menuju surga”. (HR. Muslim no. 2699 dari Abu Hurairah radiyallahu anhu)

3. Memahami ilmu syar’i adalah tanda kebaikan seseorang.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya maka Allah faqihkan (fahamkan) ia dalam urusan agama”. (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037 dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan radiyallahu anhuma).

4. Ilmu akan kekal sedangkan harta akan musnah.

Lihatlah bagaimana Abu Hurairah radiyallahu anhu termasuk shahabat yang fakir, akan tetapi nama beliau selalu disebut dan didoakan oleh kaum muslimin, karena ilmu yang beliau miliki, beliau menghafal dan meriwayatkan banyak ilmu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Maka pahala beliau akan terus mengalir dan kekal, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ، صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ

“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah pahala amalannya, kecuali tiga hal : shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakannya”. (HR. Muslim no. 1631 dari Abu Hurairah radiyallahu anhu)

5. Rasulullah melarang kita berhasad kepada orang lain, kecuali terhadap dua nikmat, yaitu nikmat ilmu dan mengamalkan ilmu, serta orang kaya yang menafkahkan hartanya untuk kepentingan islam.

Sebagaiman sabda beliau :

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثنَتَيْن : رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الحَقِّ، وَرَجُلٌ آتاهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

“Tidak boleh hasad (ghibtah) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah berikan padanya harta lalu ia infaqkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan Sunnah), ia mengamalkan dan mengajarkannya”. (HR. Bukhari no. 73 dan Muslim no. 816 dari Abdullah bin Mas’ud radiyaAllahu anhu)

6. Nabi shallallahu alaihi wasallam menyambut para penuntut ilmu dan Malaikat meletakkan sayapnya dan menaungi para penuntut ilmu.

Sebagaimana sabda beliau shallallahu alaihi wasallam :

مَرْحَبًا بِطَالِبِ العِلْمِ، إِنَّ طَالِبَ العِلْمِ لَتَحُفُّ بِهِ المَلَائِكَةُ وَتُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا

“Selamat datang kepada penuntut ilmu, sesungguhnya penuntut ilmu itu dikelilingi para Malaikat dan dinaungi dengan sayap-sayapnya”. (HR. Ibnu Abdil Bar dalam jami’ al bayan no. 127 dan dihasankan Syaikh Al Albani dalam shahihah no. 3397 dari Shafwan bin ‘Assal radiyaAllahu anhu)

7. Ilmu adalah nikmat yang paling mulia.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

وَأَنْزَلَ اللهُ عَلَيْكَ الكِتَابَ وَالحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ وَكَانَ فَضْلُ اللهِ عَلَيْكَ عَظِيْمًا

“Dan Allah telah menurunkan kitab (Al-Quran) dan Hikmah (Sunnah) kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar”. (Qs. An Nisa : 113).

Semoga coretan singkat ini bermanfaat dan menjadi motivasi untuk semangat dalam belajar dan beramal,.

والله أعلم

وصلى الله على محمد وعلى آله وصحبه وسلم

Pustaka bacaan :

1. Kitab al ilmu, Syaikh Ibnu Utsaimin, cet. Pertama, th. 1424 H/ 2003 M, maktabah Ibnu Jarir Cairo.
2. Min hadyi as salaf fi thalabi al ilmi, Syaikh DR. Mohammad bin Mathar Az Zahrani, dar as shafwah Cairo,  th. 2004 M.
3. Miftah dar as sa’adah, Imam Ibnu Al Qayyim, cet. Pertama, th. 1416 H/ 1996 M, dar Ibnu Affan KSA.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *