Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam (Shahihnya no. 6632) dari Abdullah bin Hisyam ia bercerita :
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ : فَإِنَّهُ الْآنَ وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الآنَ يَا عُمَرُ
“Kami pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam yang saat itu beliau menggandeng tangan Umar bin Khattab, kemudian Umar berkata : ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala-galanya selain diriku sendiri. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda : Tidak, demi Dzat yang jiwa berada di TanganNya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri. Maka Umar berkata : Sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda : sekarang (imanmu sempurna) wahai Umar”.
Nabi shallallahu alaihi wasallam juga bersabada :
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah salah seorang dari kalian sempurna imannya hingga aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya”. (HR. Bukhari no. 15 dan Muslim no. 44)
A. Kenapa harus mencintai Nabi?
Kita wajib mencintai Nabi shallallahu alaihi wasallam,
1. Karena Allah mencintai NabiNya, jika kita mengaku cinta kepada Allah maka kita harus mencintai orang yang dicintai.
2. Karena Allah telah perintahkan kita untuk mencintai NabiNya shallallahu alaihi wasallam, maka mencintai Nabi adalah bentuk ketaatan kepada Allah.
3. Karena Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah sebab kita mendapatkan hidayah islam dan iman.
4. Karena Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah manusia yang sempurna dalam ibadahnya, akhlaq dan lainnya.
Tidak cukup hanya mencintai Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan lisan dan hati, tetapi harus dibuktikan dengan ittiba’ dan meneladani beliau dalam beribadah dan bermuamalah. Sebagaimana perintah Allah :
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kalian diberi rahmat”. (Qs. Ali Imran : 132)
Juga perintah Allah :
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa yang diberikan (dibawa) Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah”. (Qs. Al Hasyr : 7)
Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam juga perintahkan umatnya untuk meneladani beliau :
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku, sunnah para khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk, berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan gigi geraham”. (HR. Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, dishahihkan Syaikh Al Albani)
Juga sabda beliau :
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Semua umatku masuk surga selain yang enggan, Para shahabat bertanya : Wahai Rasulullah, siapa yang enggan? Nabi menjawab : Siapa yang taat kepadaku niscaya masuk surga dan siapa yang membangkang kepadaku berarti ia enggan”. (HR. Bukhari no. 7280).
B. Faedah ittiba’ dan ta’at kepada Nabi.
Diantara faedah ittiba’ dan taat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam :
1. Mendapatkan kemenangan.
Sebagaiman firman Allah :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasulNya dan takut kepada Allah serta bertakwa kepadaNya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan”. (Qs. An Nur : 52)
2. Mendapatkan rahmat Allah.
Sebagaimana firmanNya :
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kalian diberi rahmat”. (Qs. Ali Imran : 132)
3. Mendapatkan hidayah di dunia dan akhirat.
Sebagaiman firman Allah :
وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا
“Dan jika kamu taat kepadanya (Rasul), niscaya kamu mendapat petunjuk”. (Qs. An Nur : 54)
Juga firmanNya :
وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan ikutilah dia (Rasul), supaya kamu mendapat petunjuk”. (Qs. Al A’raf : 158).
C. Peringatan dari bahaya menyelisihi Nabi.
Allah telah menyebutkan keutamaan dan faedah ittiba -meneladani- Nabi shallallahu alaihi wasallam. Sebaliknya bagi yang melanggar dan menentang Nabi shallallahu alaihi wasallam maka Allah telah mengancam mereka dalam banyak firmanNya, diantaranya :
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (Qs. An Nur : 63).
Juga firmanNya :
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, maka Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. (Qs. An Nisa : 115).
Juga firman Allah :
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dzalim menggigit dua tangannya, seraya berkata : Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil (mengikuti) jalan bersama-sama Rasul”. (Qs. Al Furqan : 27).
Dan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي
“Kehinaan dan kerendahan dijadikan bagi orang yang menyelisihi perintahku”. (HR. Ahmad dalam Musnadnya no. 5115, dishahihkan Syaikh Ahmad Syakir dalam tahqiq Al Musnad dan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 2831).
D. Contoh kecintaan dan ittiba’nya para shahabat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, baik secara lisan maupun perbuatan :
1. Umar bin Khattab radiyaAllahu anhu.
Sebagaimana diriwayatkan oleh (Bukhari no. 1597 dan Muslim no. 1270) dari Aslam rahimahullah ia berkata :
رَأَيْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَبَّلَ الْحَجَرَ وَقَالَ : لَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ
“Aku melihat Umar bin Al Khatthab radiyaAllahu anhu mencium Hajar Aswad lalu berkata: Kalau bukan karena aku pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menciummu tentu aku tidak akan menciummu”.
2. Berkata Ibnu Abbas radiyaAllahu anhuma :
عَلَيكَ بِتَقْوَى اللهِ وَالاِسْتِقَامَةِ، وَاتَّبِعْ وَلَا تَبْتَدِع
“Hendaklah kalian senantiasa bertaqwa kepada Allah dan terus istiqamah. Ikutilah (Sunnahh) dan jangan berbuat bid’ah”. (HR. Ad Darimi dalam sunannya 1/53 dan Ibnu Batthah dalam Al Ibanah no. 200).
3. Berkata Ibnu Mas’ud radiyaAllahu anhu :
اتَّبِعُوا وَلَا تَبْتَدِعُوا، فَقَدْ كُفِيتُمْ
“Ikutilah (Nabi) dan jangan berbuat bid’ah, sungguh telah cukup bagimu sunnah Nabi”. (HR. Ad Darimi dalam sunannya 1/69 dan Al Lalakai dalam Syarah Ushul I’tiqad no. 104).
Sungguh benar perkataan para ulama, diantaranya perkataan Imam Az Zuhri rahimahullah dalam (Sunan Ad Darimi 1/44) :
الاعْتِصَامُ بِالسُّنَّةِ نَجَاةٌ
“Berpegang dengan sunnah (ittiba’) pasti selamat”.
Semoga Allah memberikan kepada kita cinta dan ittiba’ kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam,.
WaAllahu A’lam
ــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ
Bahan Bacaan :
1. Al Mushaffa min Huquqi Al Mushthafa, Syaikh Prof. DR. Shaleh bin Abdul Aziz Sindi.
2. Min Tsamarat At Tamassuk bis Sunnah, Syaikh Prof. DR. Abdullah Al Bukhari, cet. Pertama 1432 H, dar Adwa’ As Salaf Cairo.