Hak-Hak Nabi shallallahu alaihi wasallam

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Berbicara tentang Nabi kita shallallahu alaihi wasallam menjadikan hati merasa lezat, dan lisan terasa manis, terlebih dengan memperbanyak membaca shalawat dan salam kepada beliau maka hati menjadi tenang. Nabi shallallahu alaihi wasallam memiliki hak yang harus ditunaikan oleh umatnya, dan inilah diantara hak-hak Nabi shallallahu alaihi wasallam :

Hak Pertama. Mengimani kenabian dan kerasulannya.

Ini merupakan pokok utama hak-hak beliau dan yang paling penting untuk ditunaikan oleh umatnya, adapun hak-hak selanjutnya adalah cabang dari hak ini.

Beriman kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam mencakup tiga perkara :

1. Beriman bahwa Nabi kita Muhammad bin Abdillah Al Qurasyi Al Hasyimi shallallahu alaihi wasallam adalah seorang Nabi dan Rasul, yang terpercaya lagi dipercaya.

Allah mengancam orang-orang yang tidak beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam :

وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا

 “Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan RasulNya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala”. (Qs. Al Fath : 13).

Dan firmanNya :

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ  لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ  فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ

“Katakanlah : Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, Nabi yang ummi”. (Qs. Al A’raf : 158).

Begitu juga Nabi shallallahu alaihi wasallam sabdakan dalam haditsnya :

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ 

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka”. (HR. Muslim no. 240)

2. Beriman bahwa risalah Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah risalah yang universal -umum- untuk semua manusia bahkan juga untuk bangsa jin.

Maka wajib bagi seluruh umat manusia dan jin untuk beriman kepada risalahnya dan mengikutinya. Sebagaimana firman Allah :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan”. (Qs. Saba’ : 28).

Juga firmanNya :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Qs. Al Anbiya’ : 107).

Dan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ

“Dan aku diutus kepada seluruh makhluk. serta para nabi ditutup dengan kerasulanku”. (HR. Muslim no. 523).

3. Meyakini bahwa beliau shallallahu alaihi wasallam adalah penutup para nabi dan rasul, maka tidak ada lagi nabi setelahnya dan syariatnya adalah penghapus bagi syariat-syariat yang terdahulu.

Sehingga tidak akan diterima oleh Allah agama dan syariat apapun setelah diutusnya Nabi Muhammad kecuali agama dan syariat yang beliau bawa. Sebagaimana firman Allah :

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi”. (Qs. Al Ahzab : 40).

Juga firmanNya :

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (Qs. Ali Imran : 85).

Dan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي

 “Dan sungguh tidak ada Nabi sepeninggal aku”. (HR. Bukhari no. 3455 dan Muslim no. 1842).

Juga sabdanya :

وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ

“Dan para nabi ditutup dengan kerasulanku”. (HR. Muslim no. 521).

Hak Kedua. Mencintai Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Mencintai beliau adalah kewajiban yang paling agung, maka wajib bagi setiap muslim untuk mencintai Nabi yang mulia shallallahu alaihi wasallam dengan kecintaan yang melebihi cinta kepada diri dan lainnya.

Sebagaimana firman Allah :

النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِم

“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri”. (Qs. Al Ahzab : 6).

Dan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam : 

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidaklah salah seorang dari kalian beriman hingga aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya”. (HR. Bukhari no. 15 dan Muslim no. 44)

Juga sabda beliau shallallahu alaihi wasallam :

أَنَا أَوْلَى بِكُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ نَفْسِهِ

“Aku lebih utama bagi setiap mukmin daripada dirinya sendiri”. (HR. Bukhari no. 2399 dan Muslim no. 867).

Hak Ketiga. Memuliakan dan menghormati Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Sebagaimana firman Allah :

 لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan RasulNya, menguatkan (agama)Nya, membesarkanNya. Dan bertasbih kepadaNya di waktu pagi dan petang”. (Qs. Al Fath : 9)

Juga firmanNya :

 فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Qs. Al A’raf : 157)

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (Ar Raddu ala Al Bakri 1/285) : “Jika hewan-hewan dan benda-benda mati mengagungkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka kita lebih utama untuk mengagungkan beliau, sebagaimana perkataan Al Hasan Al Bashri rahimahullah tentang pelapah kurma yang menangisi Nabi shallallahu alaihi wasallam : Jika pelapah kurma menangisi beliau maka kalian lebih berhak untuk menagisinya”.

Diantara bentuk mengagungkan dan memuliakan Nabi shallallahu alaihi wasallam disebutkan dalam Al Quran, yaitu :

Firman Allah :

 لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا

“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain)”. (Qs. An Nur : 63)

Juga firmanNya :

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari”. (Qs. Al Hujurat : 2)

Juga firmanNya :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِذَا كَانُوا مَعَهُ عَلَىٰ أَمْرٍ جَامِعٍ لَمْ يَذْهَبُوا حَتَّىٰ يَسْتَأْذِنُوهُ

“Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya”. (Qs. An Nur : 62)

Diantara bukti mengagungkan dan memuliakan Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah :

1. Semata-mata meneladani beliau dan berhukum dengan syariatnya dalam pokok agama dan cabang-cabangnya.

2. Mengangungkan sunnah beliau, dengan terus mempelajarinya dan bahagia dengan mendengarkan hadits-haditsnya.

3. Membela beliau dan menjaga kehormatannya, serta siap berkorban jiwa, harta dan keluarga untuk membela beliau shallallahu alaihi wasallam.

4. Menyampaikan sunnah beliau kepada manusia.

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah (Jala’ Al Afham hal. 415) : “Menyampaikan sunnah beliau shallallahu alaihi wasallam kepada umat lebih utama daripada melepaskan anak panah ke leher-leher musuh, karena melepaskan anak panah banyak dilakukan oleh orang, sedangkan menyampaikan sunnah-sunnah beliau tidak akan bisa dilakukan kecuali oleh para pewaris Nabi dan para khalifahnya, semoga Allah menjadikan kita termasuk dari golongan mereka”.

Maka mengagungkan beliau bukanlah dengan mengangkat Nabi shallallahu alaihi wasallam melebihi kedudukan beliau sebagai Nabi dan Rasul, karena Nabi kita adalah seorang hamba yang tidak berhak untuk disembah, Nabi yang tidak boleh didustakan, tetapi wajib ditaati dan diikuti tanpa berlebih-lebihan. Sebagaimana sabda beliau shallallahu alaihi wasallam :

لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

“Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hambaNya, maka katakanlah : Abdullahi wa Rasuluh (hamba Allah dan utusanNya)”. (HR. Bukhari no. 3445).

Hak Keempat. Mentaati dan mengikuti Nabi shallallahu alaihi wasallam serta berserah diri kepadanya.

Orang yang jujur dalam menunaikan hak Nabi shallallahu alaihi wasallam maka wajib menjadikan beliau sebagai teladan dan panutan. Dan ini mencakup beberapa perkara :

1. Wajib bagi setiap muslim mencintai sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam dan mengagungkannya.

2. Wajib meyakini bahwa sunnahnya sangat sempurna dan bahwa mengikuti sunnahnya adalah jalan petunjuk.

3. Bersegera memenuhi panggilan sunnahnya dan mengamalkannya.

4. Berserah diri secara total kepada sunnahnya dan tidak menolaknya.

5. Berhati-hati untuk tidak menambah sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam, karena orang yang menambah sunnahnya secara tidak langsung berkeyakinan bahwa sunnah beliau belum cukup.

Maka ittiba’ yang benar adalah jujur dalam mengikuti dan mencukupkan dengan sunnahnya, dan tidak melampui batas dengan menambah perkara baru dalam urusan agama. Karena orang-orang yang menyelisihi sunnahnya dikhawatirkan akan ditimpa fitnah dan azab, sebagaimana firman Allah :

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa azab yang pedih”. (Qs. An Nur : 63).

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang menunaikan hak-hak Nabi shallallahu alaihi wasallam dan diberi istiqah diatas sunnahnya sampai kita diwafatkan.

WaAllahu A’lam

ـــــــــــــــــــــــــــــــــــــ

Diringkas dari kitab “Al Mushaffa min Huquqi Al Mushthafa”, karya. Syaikh Prof. DR. Shaleh bin Abdul Aziz Sindi hafidzahullah,.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *