Bahaya Fitnah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

 1. Memalingkan manusia dari ibadah.

Seseorang yang terjatuh dalam fitnah maka akan berpaling dari ibadah dan mengingat Allah, karena waktu dan hari-harinya disibukkan oleh berbagai macam berita yang belum pasti kebenarannya. Sehingga hatinya bergejolak dan hatinya tidak tenang, maka kebahagiaan itu dengan menjauhi fitnah dan sumber-sumbernya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ

“Orang yang bahagia adalah orang yang terhindar dari fitnah”. (HR. Abu Dawud no. 4263, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam As Shahihah no. 975)

Maka wajib bagi setiap muslim untuk berpegang dengan prinsip agama dan menyibukkan diri dengan ibadah, terlebih dizaman fitnah. Sebagaimana sabda beliau shallallahu alaihi wasallam :

العِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ

“Ibadah saat terjadi pembunuhan seperti hijrah menujuku”. (HR. Muslim no. 2948).

Dan juga sabda beliau :

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

“Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, berubah menjadi kafir di sore harinya. Di sore hari seorang dalam keadaan mukmin, dan berubah kafir di pagi harinya. Dia menjual agamanya dengan barang kenikmatan dunia”. (HR. Muslim no. 118).

2. Memalingkan manusia dari ilmu dan ulama.

Sesungguhnya fitnah sangat dahsyat, karena dapat memalingkan seseorang dari majelis ilmu dan ulama, karena harinya telah sibuk dengan berbagai fitnah sehingga tidak mau menerima ilmu yang mulia.

Bahkan lebih dari itu, fitnah dapat menjadikan seseorang merendahkan ulama, mencela dan tidak lagi memiliki hormat kepada mereka. Sedangkan Nabi shallallahu alaihi wasallah telah mengingatkan tentang hak-hak yang harus ditunaikan :

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

“Bukan termasuk dari golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil kami dan tidak menghormati orang tua (orang dewasa) kami, serta tidak menunaikan haknya para ulama”. (HR. Tirmidzi no. 1919, Ahmad no. 22775 dan Al Hakim 1/211, dihasankan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5445).

3. Tampilnya orang-orang bodoh.

Di zaman fitnah ini semakin banyak orang-orang bodoh tampil membawakan ilmu syar’i, padahal mereka bukan ahlinya tetapi hanya bermodalkan semangat saja tanpa ilmu dan kehati-hatian.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah pernah berkata :

وَالفِتَنُ إِذَا وَقَعَتْ عَجَزَ العُقَلَاءُ فِيهَا عَنْ دَفْعِ السُّفَهَاءِ

“Jika terjadi fitnah maka orang-orang berakal (ulama) susah untuk mencegah orang-orang bodoh”. (Minhajus Sunnah 4/187).

Oleh sebab itu Allah telah mengingatkan bahaya fitnah dalam firmanNya :

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً  وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan jagalah dirimu dari fitnah (siksaan) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaanNya.”. (Qs. Al Anfal : 25)

Maka tidak akan ada yang selamat dari debu fitnah kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah.

4. Berakhir dengan keburukan dan kerusakan.

Maka orang yang masuk ke dalam fitnah dan menyibukkan diri dengan fitnah niscaya tidak akan meraih kebaikan, tetapi berakhir dengan keburukan. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah :

فَلَا أَقَامُوا دِيْنًا وَلَا أَبْقَوا دُنْيَا

“Mereka tidak bisa menegakkan (membela) agama juga tidak mampu menjaga dunia”. (Minhajus Sunnah 4/528)

Betapa banyak orang yang menyesal setelah menghabiskan waktunya dalam berbagai fitnah karena mereka melihat hasilnya tidak seperti yang dibayangkan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menceritakan tentang orang-orang yang masuk ke lubang fitnah, yaitu fitnah pemberontakan kepada pemimpin :

هَكَذَا عَامَةُ السَّابقِينَ نَدِمُوا عَلَى مَا يَدْخُلُوا فِيهِ مِنَ القِتَالِ

“Begitulah umumnya orang terdahulu mereka menyesal kemudian hari setelah masuk ke dalam fitnah, sampai saling berperang”. (Minhajus Sunnah 4/316).

5. Merendahkan derajat seseorang.

Siapa saja dari ulama yang masuk dalam fitnah niscaya akan mengurangi derajatnya dan mencederai kedudukannya di tengah-tengah umat. Sedangkan yang selamat dan tidak ikut campur dalam perkara fitnah maka Allah angkat derajatnya dan akan lebih bermanfaat ilmunya.

Abdullah bin Aun pernah bercerita tentang fitnah Ibnu Al Asy’ats, yang pada saat itu ada sebagian ulama ikut dalam fitnah tersebut, yaitu Muhammad bin Muslim. Maka Abdullah bin Aun berkata : “Sesungguhnya Muslim bin Yasar kedudukannya di tengah-tengah umat lebih tinggi daripada Al Hasan Al Bashri, tetapi ketika terjadi fitnah (Ibnu  Al Asy’ats) Muslim bin Yasar menganggap enteng fitnah tersebut, berbeda dengan Al Hasan Al Basri menjauhi fitnah tersebut dan menjaga diri, maka Muslim bin Yasar menjadi rendah kedudukannya ditengah umat sedangkan Al Hasan Al Basri menjadi lebih tinggi”. (Ibnu Abi Syaibah dal Al Mushannaf 11/128).

6. Perkara menjadi samar dan bercampur aduknya antara kebenaran dengan kebatilan.

Ketika terjadi fitnah maka banyak dari manusia tidak bisa membedakan antara kebenaran dengan kebatilan, bahkan sampai seseorang dibunuh dan tidak tau sebabnya dibunuh, begitu juga pembunuh tidah tidau mengapa ia membunuh. Itulah bahayanya fitnah yang merusak segalanya dan menjadikan perkara samar.

Berkata Abu Musa Al Asy’ari radiyaAllahu anhu :

إِنَّ الفِتْنَةَ إِذَا أَقْبَلَتْ شَبَّهَتْ، وَإِذَا أَدْبَرَتْ تَبَيَّنَتْ

“Sesungguhnya jika fitnah datang maka terlihat samar, dan jika fitnah itu hilang maka akan jelas semuanya”. (Tarikh Thabari 3/26)

Begitu juga ketika fitnah terbesar datang, yaitu fitnah Dajjal. Nabi kita shallallahu alaihi wasallam telah menjelasakan tentang hakekat Dajjal dan ciri-cirinya, tetapi meski demikian masih banyak nanti manusia yang akan mengikuti Dajjal.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يَبْعَثُ بِهِ مِنْ الشُّبُهَاتِ أَوْ لِمَا يَبْعَثُ بِهِ مِنْ الشُّبُهَاتِ

“Siapa yang mendengar (kedatangan) Dajjal hendaklah menjauhinya. Demi Allah, seorang laki-laki benar-benar akan mendatangi Dajjal dan mengira bahwa ia adalah seorang mukmin, lalu ia akan mengikuti setiap syubhat yang ditebarkannya”. (HR. Ahmad no. 19968 dan Abu Dawud no. 4319, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6301).

7. Menipu para pemuda dan orang-orang yang baru tumbuh.

Fitnah merupakan sebab dan dapat menipu para pemuda, dengan berbagai seruan dan slogan yang ditawarkan terlebih jika mengatas namakan agama maka akan sangat cepat diikuti oleh para pemuda yang baru mengenal agama.

Oleh sebab itu Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mengingatkan agar kita bersama orang-orang yang sudah tua (matang) ilmu dan umurnya.

البَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ

“Keberkahan bersama orang-orang tua diantara kalian”. (HR. Ibnu Hibban no. 559, Thabrani dalam Al Ausath no. 8991, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam As Shahihah no. 1778).

Diantara fitnah yang banyak menyeret para pemuda adalah fitnah hizbiyyah dan baiat kepada kelompok tertentu, terlebih dengan slogan-slogan syar’i. Setelah dibaiat maka harus ta’at dan tidak bisa keluar dari kelompok mereka dan akhirnya diberi berbagai syubhat.

8. Melemahkan persaudaraan diatas keimanan dan agama.

Karena fitnah ini hakekatnya menyebarkan kebencian dan permusuhan diantara manusia, sehingga dengan itu dapat memecah belah persaudaraan dan kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan kaum mukminin adalah bersaudara, sebagaimana firman Allah :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (Qs. Al Hujurat : 10)

Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam telah berwasiat :

وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

“Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Taqwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya), Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang telah dianggap berbuat jahat (keburukan) apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya”. (HR. Muslim no. 3564).

9. Menjadikan seseorang berani menumpahkan darah orang lain.

Fitnah menjadikan darah kaum muslimin murah, karena mereka yang jatuh dalam fitnah tidak lagi bisa membedakan antara yang benar dan salah. Sedangkan Rasul shallallahu alaihi wasallam telah bersabda :

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

“Mencela seorang muslim adalah perbuatan fasiq dan memeranginya adalah kufur”. (HR. Bukhari no. 48 dan Muslim no. 64)

Juga bersabda :

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ

“Sungguh hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim”. (HR. Tirmidzi no. 1395 dan Nasa’i no. 3986, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5077).

Ada seseorang menulis surat kepada Abdullah bin Umar radiyaAllahu anhuma meminta nasehat  tentang ilmu, maka beliau membalas dengan wasiat : “Sesungguhnya ilmu sangat banyak wahai anak saudaraku, tetapi jika engkau mampu berjumpa dengan Allah tidak menumpahkan darah kaum muslimin, tidak mengambil harta mereka, menjaga lisan tidak mendzalimi kehormatan kaum muslimin dan bersatu dengan jama’ah kaum muslimin maka kerjakanlah”. (Tarikh Dimasyq 31/25, Syiar A’lam 3/222).

10. Menghilangkan rasa aman.

Nikmat aman adalah termasuk nikmat yang paling agung yang Allah karuniakan kepada orang beriman. Sebagaimana firmanNya :

الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”. (Qs. Quraisy : 4)

Aman terlindungi darah, terjaga harta dan kehormatan adalah nikmat yang sangat besar, tetapi ketika fitnah menimpa manusia maka dapat menghilangkan itu semua dan mengancurkan negeri-negeri kaum muslimin. Banyak nyawa melayang, anak-anak menjadi yatim, wanita-wanita menjadi janda, tempat ibadah, rumah-rumah dan gedung-gedung sekolah hancur semua.

11. Menjadikan orang-orang jahat sangat mudah menyebarkan kebatilan mereka.

Fitnah membuka pintu-pintu kerusakan ditengah-tengah kaum muslimin dan negeri kaum muslimin, karenanya ahlul fitan dan ahlul bathil dapat dengan mudah menyebarkan kebatilan mereka dalam aqidah dan akhlaq. Karena kaum muslimin disibukkan dengan fitnah sehingga waktu mereka habis untuk perkara yang tidak bermanfaat bagi dunia dan akhirat mereka.

Dan inilah yang diharapkan oleh musuh-musuh islam dalam menyebarkan kebatilan dan kekufuran mereka.

12. Musuh akan menguasai negeri kaum muslimin.

Ketika kaum muslimin saling bertikai dalam fitnah maka musuh-musuh islam dapat dengan mudah menguasai negeri mereka, dan ini kesempatan yang mereka tunggu. Padahal Allah telah mengingatkan dalam firmanNya :

وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ  وَاصْبِرُوا  إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Qs. Al Anfal : 46)

Maka wajib bagi kaum mukminin untuk senantiasa berhati-hati dari fitnah dan bahayanya, yaitu dengan kembali (bertaubat) kepada Allah dengan jujur, berdoa agar dilindungi dari segala fitnah, dan bersatu menjaga persaudaraan atas dasar keimanan, serta bersatu dengan jamaah kaum muslimin di atas kebenaran dan petunjuk agama.

Semoga kita semua diaga oleh Allah dari segala fitnah dan bahayanya dan semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin semuanya.

WaAllahu A’lam

Bahan Bacaan :

Diringkas dari kitab “Atsarul Fitan”, karya. Syaikh DR. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Abbad, -Al Jami’ Lil Muallafat wa Ar Rasail 8/187-219, cet. Pertama 1441 H, Dar Al Imam Muslim Madinah – KSA.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *