Shalat merupakan rukun islam yang paling agung setelah dua kalimat syahadat dan dengannya seseorang dapat terhapuskan dosa-dosanya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ، وَالجُمْعَةُ إِلَى الجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya apabila dia menjauhi dosa besar”. (HR. Muslim no. 233)
Juga sabda beliau shallallahu alaihi wasallam :
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ؟ قَالُوا : لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ؛ قَالَ : فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا
“Bagaimana pendapat kalian, sekiranya ada sungai berada dekat pintu salah seorang diantara kalian yang ia pergunakan untuk mandi lima kali dalam sehari, mungkinkah kotorannya masih tersisa? Para shahabat menjawab : Kotorannya tidak akan tersisa. Beliau bersabda : itulah perumpamaan shalat lima waktu, yang dengannya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan”. (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 283)
Bahkan berwudhu’ sebelum shalat dapat menggugurkan dosa-dosa, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ
“Barangsiapa berwudhu, lalu membaguskan wudhunya, niscaya kesalahan-kesalahannya keluar dari badannya, hingga keluar dari bawah kuku-kukunya”. (HR. Muslim no. 245)
Oleh sebab itu seorang muslim dituntut untuk memperbanyak dzikir dan memohon ampun kepada Allah dalam shalatnya, baik ketika berdiri, ruku’, sujud, dan duduk.
A. DOA-DOA MEMOHON AMPUNAN
Inilah diantara doa-doa memohonan ampunan dalam shalat :
Pertama. Dalam doa istiftah
Dari Ali bin Abi Thalib radiyaAllahu anhu, adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam jika berdiri shalat maka beliau membaca doa :
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Aku hadapkan wajahku kepada Allah pencipta langit dan bumi dengan keadaan ikhlas dan aku tidak mempersekutukanNya. Sesungguhnya shalatku, segala ibadahku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, dan karena yang demikian itu aku diperintahkan, dan aku berserah diri kepadaNya. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkaulah Rabbku dan aku adalah hambaMu. Aku telah mendzalimi diriku dan aku mengakui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang berwenang untuk mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Dan tunjukilah kepadaku akhlak yang paling bagus. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Dan jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Aku patuhi segala perintahMu, Segala kebaikan berada di tanganMu. Sedangkan kejahatan tidak datang daripadaMu. Aku berpegang teguh denganMu dan kepadaMu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat kepadaMu”. (HR. Muslim no. 201).
Kedua. Dalam doa ruku’
Dari Aisyah radiyaAllahu anha ia berkata : adalah Nabi shallallahu alaihi wasallam membaca dalam ruku dan sujudnya :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
“Maha suci Engkau wahai Rabb kami, segala pujian bagiMu. Ya Allah, ampunilah aku”. (HR. Bukhari no. 794 dan Muslim no. 484)
Ketiga. Dalam doa ketika bangkit dari ruku’
Dari Abdullah bin Aufa radiyaAllahu anhu ia menceritakan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika menangkat punggungnya dari ruku’ beliau membaca :
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاءِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ اللَّهُمَّ طَهِّرْنِي بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَالْمَاءِ الْبَارِدِ اللَّهُمَّ طَهِّرْنِي مِنْ الذُّنُوبِ وَالْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الْوَسَخِ
“Ya Allah, segala puji bagimu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu. Ya Allah bersihkanlah aku dengan salju, embun, dan air yang dingin. Ya Allah, bersihkanlah aku dari dosa-dosa dan kesalahan sebagaimana baju yang putih dibersihkan dari kotoran”. (HR. Muslim no. 771)
Keempat. Dalam doa sujud
Dari Abu Hurairah radiyaAllahu anhu ia berkata : bahwa RAsulullah shallallahu alaihi wasallam membaca dalam sujudnya :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ
“Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku, yang kecil maupun yang besar, yang awal maupun yang akhir, dan yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi”. (HR. Muslim no. 483)
Keempat. Dalam doa duduk antara dua sujud
Dari Hudzaifah radiyaAllah anhu ia berkata :
وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْعُدُ فِيمَا بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ نَحْوًا مِنْ سُجُودِهِ وَكَانَ يَقُولُ : رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي
“Beliau shallallahu alaihi wasallam duduk di antara dua sujud seperti ketika beliau sujud, dan dalam duduk di antara dua sujudnya beliau mengucapkan: Rabbighfirlii, Rabbighfirlii -Ya Rabb, ampuni aku, ampuni aku-”. (HR. Abu Dawud no. 874, dan dishahihkan Syaikh Al Albani)
Kelima. Doa sebelum salam setelah tasyahud akhir
Dari Ali bin Abi Thalib radiyaAllahu anhu berkata : bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membaca doa diantara tasyahud dan salam :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang lama dan yang baru yang tersembunyi dan nyata, yang aku lakukan keterlaluan dan engkau lebih tahu daripadaku. Engkaulah yang memajukan dan memundurkan. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Engkau”. (HR. Muslim no. 201)
Keenam. Dzikir setelah salam
Dari Tsaubah radiyaAllahu anhu ia berkata :
إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا، وَقَالَ : اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، قَالَ الْوَلِيدُ : فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِيِّ : كَيْفَ الْاسْتِغْفَارُ ؟ قَالَ : تَقُولُ : أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
“Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selesai shalat, beliau membaca istigfar (meminta ampunan) tiga kali dan membaca : Ya Allah, Engkau adalah Dzat yang memberi keselamatan, dan dariMu lah segala keselamatan, Maha Suci Engkau wahai Dzat Pemilik kebesaran dan kemuliaan. berkata Al Walid (perowi) : maka aku katakan kepada Al Auza’i, bagaimana istigfar beliau? Dia menjawab : Engkau ucapkan saja Astaghfirullah, Astaghfirullah -Aku mohon ampunanMu ya Allah-”. (HR. Muslim no. 591)
B. FAEDAH DARI DOA-DOA DALAM SHALAT
Diantara faedah dari doa-doa tersebut :
1. Menunjukkan bahwa shalat secara bahasa berarti doa dan dzikir (mengingat Allah). Sebagaimana firman Allah :
فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Qs. Thaha : 14)
2. Sifat shalat Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah contoh bagi umatnya. Sebagaimana sabdanya :
وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat”. (HR. Bukhari no. 6008 dan Muslim no. 674)
3. Shalat adalah munajat seorang hamba kepada Rabbnya. Sebagaimana sabda beliau shallallahu alaihi wasallam :
إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَامَ فِي صَلَاتِهِ فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ
“Jika seseorang dari kalian berdiri shalat sesungguhnya dia sedang bermunajat dengan Rabbnya”. (HR. Bukhari no. 531)
Sebagaimana juga firman Allah dalam hadits Qudsi :
قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ؛ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ : (الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : حَمِدَنِي عَبْدِي، …
“Aku membagi shalat antara Aku dengan hambaKu, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba membaca : (Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam), Maka Allah menjawab : HambaKu memujiKu”. (HR. Muslim no. 395)
4. Shalat Nabi shallallahu alaihi wasallam dipenuhi dengan dzikir dan doa. Sebagaimana dalam hadits-hadits yang telah kita sebutkan diatas.
5. Khusyu’nya shalat Nabi shallallahu alaihi wasallam dan thuma’ninah, karena ini rukun shalat. Sebagaimana perintah Nabi kepada shahabat yang buruk shalatnya :
إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغْ الْوُضُوءَ، ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، …
“Jika kamu hendak mendirikan shalat, maka sempurnakanlah wudhu’, lalu menghadap ke arah Kiblat, setelah itu bertakbirlah, kemudian bacalah Al Quran yang mudah bagimu. Kemudian ruku’lah hingga kamu tuma’ninah dalam ruku’, dan bangkitlah dari ruku’ hingga kamu berdiri tegak. Lalu sujudlah hingga kamu thuma’ninah dalam sujud, …”. (HR. Bukhari no. 6251 dan Muslim no. 397)
6. Perintah Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk memperbanyak doa dalam shalat, terlebih ketika sujud. Sebagaimana sabdanya :
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“Keadaan seorang hamba yang paling dekat kepada Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa”. (HR. Muslim no. 482)
7. Perbedaan shalat seorang mukmin dengan shalatnya orang munafiq adalah dengan banyaknya dzikir dan doa. Sebagaimana firman Allah :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (Qs. An Nisa’ : 142)
8. Pendidikan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam agar kita senantiasa bergantung kepada Allah dalam keadaan apapun, baik sedang berdiri, ruku’, sujud, duduk, berbaring dan diluar shalat. Sebagaimana perkataan Aisyah :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللَّهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ
“Dahulu Nabi shallallahu alaihi wasallam berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaannya”. (HR. Muslim no. 373)
9. Menunjukkan bahwa Allah Maha Pengampun lagi menerima taubat hambaNya.
10. Dengan shalat maka hati dan jiwa menjadi tenang. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
يَا بِلَالُ أَقِمْ الصَّلَاةَ أَرِحْنَا بِهَا
“Wahai Bilal, kumandangkan iqamah shalat. Dan buatlah kami tenang dengannya”. (HR. Abu Dawud no. 4985, dishahihkan Syaikh Al Albani)
C. HUKUM BERDOA BAGI MAKMUM
Memperbanyak doa dalam shalat dianjurkan bagi munfarid (sendirian) atau ketika menjadi imam dengan melihat kondisi makmum, selama tidak memberatkan mereka. karena Nabi menginggatkan dengan keras bagi para imam yang memberatkan makmumnya, sebagaimana sabda beliau :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ، فَأَيُّكُمْ أَمَّ النَّاسَ فَلْيُوجِزْ، فَإِنَّ مِنْ وَرَائِهِ الْكَبِيرَ، وَالضَّعِيفَ، وَذَا الْحَاجَةِ
“Wahai manusia, siapapun di antara kalian mengimami manusia, maka hendaklah dia meringkasnya, karena di belakangnya ada orang yang sudah tua, lemah, dan orang yang memiliki hajat”. (HR. Bukharin no. 7159 dan Muslim no. 466)
Adapun bagi makmum, maka dianjurkan memperbanyak doa dalam shalatnya selama masih ada kesempatan membaca doa, tetapi jika imam telah berpindah ke gerakan yang lain maka makmum harus mengikuti imam, dan tidak boleh memperlambat dengan alasan memperbanya doa. Karena mengikuti imam hukumnya wajib sedangkan memperbanyak doa hukumnya sunnah. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا
“Imam dijadikan sebagai pemimpin untuk diikuti. Apabila dia bertakbir maka bertakbirlah, dan apabila dia sujud maka sujudlah, apabila dia mengangkat maka angkatlah”. (HR. Bukhari no. 733 dan Muslim no. 411)
Maka shalat merupakan kesempatan terbaik bagi seorang hamba dalam bermunajat dengan memperbanyak dzikir dan doa, terlebih memohon ampunan kepada Allah.
Mudah-mudahan tulisan singkat ini bermanfaat dan menjadi motivasi bagi kita untuk banyak berdoa dalam shalat, terlebih dalam shalat-shalat sunnah.
Wallahu A’lam.
Bahan bacaan :
1. Ta’dzim As Shalah –Al Jami’ Lil Muallafat wa Rasail-, Syaikh DR. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al ‘Abbad. Cet pertama 1441 H, dar Imam Muslim Madinah.
2. Kitab As Shalah, Syaikh DR. Abdullah bin Muhammad At Thayyar, cet kedua belas 1436 H, madar wathan Riyadh.